
Tamantirto, 14 Juli 2025 – Suasana penuh khidmat menyelimuti Pengajian Ahad Enjang yang digelar Ahad pagi kemarin di University Residence (Unires) Putra Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (13/07/25). Dalam kajian bertema “Menggali Potensi Diri yang Terpendam”, Ustadz Ir. H. Ratmanto mengajak jamaah untuk merenungi kembali hakikat salat sebagai inti dari kehidupan seorang Muslim. Para jemaah diingatkan akan pentingnya salat yang khusyuk sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Ceramah yang disampaikan dengan penuh semangat ini menggarisbawahi salat bukan sekadar kewajiban, melainkan sarana paling efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Beliau menekankan bahwa kenikmatan iman dan Islam adalah mutiara terpendam dalam jiwa manusia, yang tidak dapat diukur dengan materi dunia. Orang-orang yang paling beruntung adalah mereka yang dipanjangkan umurnya oleh Allah dan semakin giat memperbanyak amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Introspeksi Diri: Kehidupan Setelah Kematian
Pesan Nabi Muhammad SAW tentang alam kubur menjadi sorotan utama dalam pembahasan ini: “Seandainya engkau bisa mendengar apa-apa yang terjadi di alam kubur, hidupmu pasti tidak akan nyaman. Kau pasti lebih banyak menangis daripada tertawa-tawa di dunia ini.” Pesan ini mengajak jemaah untuk merenungkan, agar hati lebih khusyuk, lebih taat kepada Allah, dan tidak bermalas-malasan dalam beribadah. Puncaknya adalah menjadi ahli masjid lima waktu berjamaah, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Anjuran untuk salat berjamaah di masjid juga disoroti, dengan merujuk pada QS (Qurán Surat) Ali Imran ayat 43 yang artinya:
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.
Salat sendiri di rumah cenderung terburu-buru dan sulit khusyuk karena godaan setan. Salat berjamaah menawarkan perlindungan dari godaan setan, yang tidak dapat masuk ke dalam shaf atau mendekati imam yang dilindungi sutrah (tembok di depan).
Salat: Ibadah Paling Utama
Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW disebutkan sebagai bukti bahwa salat adalah ibadah paling utama. Berbeda dengan perintah puasa, zakat, atau haji yang cukup diturunkan melalui ayat Al-Qur’an, perintah salat langsung disampaikan saat Nabi dipanggil menghadap Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya salat dan bahwa ia tidak boleh sekadar menggugurkan kewajiban.
Ustadz Ratmanto juga menyoroti bagaimana sebagian orang lebih menghormati undangan manusia (dengan memakai pakaian terbaik) daripada undangan Allah ke masjid (dengan pakaian seadanya). Hal ini menjadi pengingat untuk senantiasa memperhatikan kebersihan dan kesucian, tidak hanya pakaian lahiriah tetapi juga hati.
Tiga Potensi Diri untuk Salat Khusyuk dan Husnul Khatimah
Agar salat dapat mencapai kekhusyukan dan menjadi kunci kebahagiaan, Beliau mengungkap tiga potensi diri yang terpendam yang harus digali:
1. Ihsan: Merasa seolah-olah melihat Allah saat beribadah, atau setidaknya yakin bahwa Allah sedang melihat kita. 2 ayat Al-Qur’an ini menjadi penguat. seperti surat Al-Anfal ayat 2 yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal’.
dan Al-Isra ayat 109 yang artinya,
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.”
Ketika berwudu pun, seharusnya muncul rasa takut dan permohonan ampun atas dosa-dosa yang diperbuat oleh anggota tubuh. Kisah Abu Bakar yang bergetar saat berwudu karena mengingat akan menghadap Allah menjadi teladan.
2. Ikhlas: Melakukan ibadah semata-mata karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau pengakuan dari manusia. Ini diibaratkan seperti besi di dalam tembok yang tak terlihat namun memberikan kekuatan. Ketika seseorang ikhlas, setan pun mengaku menyerah untuk menggodanya, sebagaimana disebutkan dalam surat Sad ayat 82-83 yang artinya:
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya (82). Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka (83)
3. Khauf (Takut kepada Allah): Kesadaran bahwa Allah selalu beserta kita di mana pun kita berada dan melihat segala perbuatan kita, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 4 dan surat Qaf ayat 16 yang artinya:
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hadid: 4)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaf: 16)
Ketakutan ini akan mendorong kita untuk selalu menjaga diri dari perbuatan dosa dan senantiasa bertaubat, sebagaimana Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri (QS. Al-Baqarah: 222).
Penceramah menyampaikan tips “seandainya merasa berat menuju masjid, maka dalam otak kita harus ditanamkan saya mau ke surga”. Beliau juga menegaskan bahwa orang yang menjaga salatnya akan mewarisi surga Firdaus, sesuai dengan surat Al-Mukminun ayat 9-11. Menjaga salat berarti tidak menundanya dan segera menjawab panggilan azan dengan talbiyah.
Pentingnya Menjaga Hati dan Lisan
Selain salat, dalam ceramah ini beliau menekankan pentingnya menjaga hati dari sifat-sifat buruk seperti ujub dan sombong, serta menjaga lisan dari perkataan yang menyakiti atau menggunjing orang lain. Disebutkan pula bahwa Allah mengetahui segala isi hati, bahkan prasangka buruk sekalipun (QS. Al-Mulk: 13). Orang-orang munafik, yang perkataannya berbeda dengan isi hati, akan ditempatkan di tingkatan neraka yang paling bawah (QS. An-Nisa: 145).
Penutup Doa: Memohon Ampunan dan Keberkahan
Majelis ditutup dengan doa yang syahdu, memohon ampunan atas segala dosa, kesehatan dan keberkahan bagi keluarga, serta tercatatnya nama para jemaah di pintu surga. Doa ini mengingatkan kembali bahwa pada akhirnya, setiap hamba akan dihisab atas salatnya pada hari kiamat, dan tangan serta kaki akan menjadi saksi atas perbuatan di dunia (QS. Yasin: 65).
Dengan mengamalkan tiga potensi diri yang terpendam ini, diharapkan setiap muslim dapat meraih kekhusyukan dalam salat, mendekatkan diri kepada Allah, dan pada akhirnya mendapatkan husnul khatimah (akhir yang baik) saat kembali kepada-Nya.
Bagi yang ingin menyaksikan pengajian langsung, silahkan menyaksikan di Channel PRM Tamantirto Utara atau klik link berikut: https://www.youtube.com/live/gL8biMd6kF0
Infaq/shadaqoh bisa dikirim melalui no. Rek : Bank Syariah Indonesia (BSI, kode: 451) 𝟳𝟬𝟵 𝟵𝟭𝟵 𝟯𝟵𝟵𝟯 a.n PRM Tamantirto Utara